Putusuardiana.blogspot.com kali ini akan membahas Tahun Baru China merupakan hari raya yang
paling penting dalam masyarakat China. Perayaan Tahun Baru China juga
dikenal sebagai 春節 Chūnjié (Festival Musim Semi / Spring Festival), 農曆新年
Nónglì Xīnnián (Tahun Baru), atau 過年 Guònián atau sin tjia.
Diluar daratan China, Tahun Baru China
lebih dikenal sebagai Tahun Baru Imlek. Kata Imlek (阴历 : Im = Bulan, Lek
= penanggalan) berasal dari dialek Hokkian atau mandarinya yin li yang
berarti kalender bulan. Perayaan Tahun Baru Imlek dirayakan pada tanggal
1 hingga tanggal 15 pada bulan ke-1 penanggalan kalender China yang
menggabungkan perhitungan matahari, bulan, 2 energi yin-yang, konstelasi
bintang atau astrologi shio, 24 musim, dan 5 unsur. (Festival Musim
Semi).
Karena 1/5 penghuni bumi ini adalah orang
China, maka Tahun Baru China hampir dirayakan oleh seluruh pelosok
dunia dimana terdapat orang China, keturunan China atau pecinan. Banyak
bangsa yang bertetangga dengan China turut merayakan Tahun Baru China
seperti Taiwan, Korea, Mongolia, Vietnam, Nepal, Mongolia, Bhutan, dan
Jepang.
Khusus di daratan China, Hong Kong,
Macau, Taiwan, Singapura, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan
negara-negara yang memiliki penduduk beretnis China, Tahun Baru China
dirayakan dan sebagian telah berakultrasi dengan budaya setempat.
Sejarah
Sebelum Dinasti Qin, tanggal perayaan permulaan sesuatu tahun masih belum jelas. Ada kemungkinan bahwa awal tahun bermula pada bulan 1 semasa Dinasti Xia, bulan 12 semasa Dinasti Shang, dan bulan 11 semasa Dinasti Zhou
di China. Bulan kabisat yang dipakai untuk memastikan kalendar Tionghoa
sejalan dengan edaran mengelilingi matahari, selalu ditambah setelah
bulan 12 sejak Dinasti Shang (menurut catatan tulang ramalan) dan Zhou
(menurut Sima Qian). Kaisar pertama China Qin Shi Huang menukar dan menetapkan bahwa tahun tionghoa berawal di bulan 10 pada 221 SM. Pada 104 SM, Kaisar Wu yang memerintah sewaktu Dinasti Han
menetapkan bulan 1 sebagai awal tahun sampai sekarang. Tahun pertama
Tahun Baru Imlek/Yinli dihitung berdasarkan tahun pertama kelahiran
Kongfuzi (Confucius), hal ini dilakukan oleh Kaisar Han Wudi sebagai
penghormatan kepada Kongfuzi yang telah mencanangkan agar menggunakan
sistem penanggalan Dinasti Xia dimana Tahun Baru dimulai pada tanggal 1
bulan kesatu. Oleh sebab itu sistem penanggalan ini dikenal pula dengan
Kongzili.
MITOS
Menurut legenda, dahulu kala, Nián (年)
adalah seekor raksasa pemakan manusia dari pegunungan (atau dalam ragam
hikayat lain, dari bawah laut), yang muncul di akhir musim dingin untuk
memakan hasil panen, ternak dan bahkan penduduk desa. Untuk melindungi
diri merka, para penduduk menaruh makanan di depan pintu mereka pada
awal tahun. DIpercaya bahwa melakukan hal itu Nian akan memakan makanan
yang telah mereka siapkan dan tidak akan menyerang orang atau mencuri
ternak dan hasil Panen. Pada suatu waktu, penduduk melihat bahwa Nian
lari ketakutan setelah bertemu dengan seorang anak kecil yang mengenakan
pakaian berwarna merah. Penduduk kemudian percaya bahwa Nian takut akan
warna merah, sehingga setiap kali tahun baru akan datang, para penduduk
akan menggantungkan lentera dan gulungan kertas merah di jendela dan
pintu. Mereka juga menggunakan kembang api untuk menakuti Nian.
Adat-adat pengurisan Nian ini kemudian berkembang menjadi perayaan Tahun
Baru. Guò nián (Hanzi tradisional: 過年; Tionghoa: 过年), yang berarti "menyambut tahun baru", secara harafiah berarti "mengusir Nian".[1][2]
Sejak saat itu, Nian tidak pernah datang kembali ke desa. Nian pada akhirnya ditangkap oleh 鸿钧老祖 atau 鸿钧天尊Hongjun Laozu, seorang Pendeta Tao dan Nian kemudian menjadi kendaraan Honjun Laozu.
Sejarah Tahun Baru Imlek di Indonesia
Di Indonesia, selama tahun 1968-1999, perayaan tahun baru Imlek dilarang dirayakan di depan umum. Dengan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967, rezim Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto, melarang segala hal yang berbau Tionghoa, di antaranya Imlek.
Masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia kembali mendapatkan kebebasan merayakan tahun baru Imlek pada tahun 2000 ketika Presiden Abdurrahman Wahid mencabut Inpres Nomor 14/1967. Kemudian Presiden Abdurrahman Wahid menindaklanjutinya dengan mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 19/2001 tertanggal 9 April 2001 yang meresmikan Imlek sebagai hari libur fakultatif (hanya berlaku bagi mereka yang merayakannya). Baru pada tahun 2002, Imlek resmi dinyatakan sebagai salah satu hari libur nasional oleh Presiden Megawati Soekarnoputri mulai tahun 2003.
Pada tahun 1946, ketika Republik Indonesia baru berdiri, Presiden
Soekarno mengeluarkan Penetapan Pemerintah tentang hari-hari raya umat
beragama No.2/OEM-1946 yang pada pasal 4 nya ditetapkan 4 hari raya
orang Tionghoa yaitu Tahun Baru Imlek, hari wafatnya Khonghucu ( tanggal
18 bulan 2 Imlek), Ceng Beng dan hari lahirnya Khonghucu (tanggal 27
bulan 2 Imlek). Dengan demikian secara tegas dapat dinyatakan bahwa Hari
Raya Tahun Baru Imlek Kongzili merupakan hari raya Agama Tionghoa.
Orang Tionghoa yang pertama kali mengusulkan larangan total untuk
merayakan Imlek, adat istiadat, dan budaya Tionghoa di Indonesia kepada
Presiden Soeharto sekitar tahun 1966-1967 adalah Kristoforus Sindhunata
alias Ong Tjong Hay. Namun, Presiden Soeharto merasa usulan tersebut
terlalu berlebihan, dan tetap mengijinkan perayaan Imlek, adat istiadat,
dan budaya tionghoa namun diselengarakan hanya di rumah keluarga
tionghoa dan di tempat yang tertutup, hal inilah yang mendasari
diterbikannya Inpres No. 14/1967.
Pada 6 Desember 1967, Presiden Soeharto mengeluarkan Instruksi
Presiden No.14/1967 tentang pembatasan Agama, Kepercayaan dan Adat
Istiadat Cina. Dalam instruksi tersebut ditetapkan bahwa seluruh Upacara
Agama, Kepercayaan dan Adat Istiadat Tionghoa hanya boleh dirayakan di
lingkungan keluarga dan dalam ruangan tertutup. Instruksi Presiden ini
bertujuan mengeliminasi secara sistematis dan bertahap atas identitas
diri orang-orang Tionghoa terhadap Kebudayaan Tionghoa termasuk
Kepercayaan, Agama dan Adat Istiadatnya. Dengan dikeluarkannya Inpres
tersebut, seluruh Perayaan Tradisi dan Keagamaan Etnis Tionghoa termasuk
Tahun Baru Imlek, Cap Go Meh, Pehcun dan sebagainya dilarang dirayakan
secara terbuka. Demikian juga tarian Barongsai dan Liong dilarang
dipertunjukkan.
Tahun itu pula dikeluarkan Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera
Nomor 06 Tahun 1967 dan Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor
286/KP/XII/1978 yang isinya menganjurkan bahwa WNI keturunan yang masih
menggunakan tiga nama untuk menggantinya dengan nama Indonesia sebagai
upaya asimilasi. Hal ini didukung pula oleh Lembaga Pembina Kesatuan
Bangsa (LPKB).
LPKB menganjurkan keturunan Tionghoa, antara lain, agar :
- Mau melupakan dan tidak menggunakan lagi nama Tionghoa.
- Menikah dengan orang Indonesia pribumi asli.
- Menanggalkan dan menghilangkan agama, kepercayaan dan adat istiadat
Tionghoa, termasuk bahasa maupun semua kebiasaan dan kebudayaan
Tionghoa dalam kehidupan sehari-hari, termasuk larangan untuk perayaan
tahun baru imlek.
Badan Koordinasi Masalah Cina (BKMC). BKMC berada di bawah BAKIN yang
menerbitkan tak kurang dari 3 jilid buku masing-masing setebal 500
halaman, yaitu "Pedoman Penyelesaian Masalah Cina" jilid 1 sampai 3.
Dalam hal ini, pemerintahan Soeharto dengan dengan tegas menganggap
keturunan Cina dan kebiasaan serta kebudayaan Cina, termasuk agama,
kepercayaan dan adat istiadat Tionghoa sebagai "masalah" yang merongrong
negara dan harus diselesaikan secara tuntas.
Kemudian dengan diterbitkannya SE Mendagri No.477 / 74054 tahun 1978
tertanggal 18 Nopember 1978 tentang pembatasan kegiatan Agama,
Kepercayaan dan Adat Istiadat Cina, yang berisi antara lain, bahwa
pemerintah menolak untuk mencatat perkawinan bagi yang Beragama
Khonghucu dan penolakan pencantuman Khonghucu dalam kolom Agama di KTP,
yang di dukung dengan adanya kondisi sejak tahun 1965-an atas penutupan
dan larangan beroperasinya sekolah-sekolah Tionghoa, hal ini menyebabkan
terjadi eksodus dan migrasi identitas diri sebagian besar orang-orang
Tionghoa ke dalam Agama Kristen sekte Protestan, dan sekte Katolik,
Buddha bahkan ke Islam. Demikian juga seluruh perayaan ritual
kepercayaaan, agama dan adat istiadat Tionghoa termasuk perayaan Tahun
Baru baru Imlek menjadi surut dan pudar.
Surat dari Dirjen Bimas Hindu dan Buddha Depag No H/BA.00/29/1/1993
menyatakan larangan merayakan Imlek di Vihara dan Cetya. Kemudian
Perwakilan Umat Buddha Indonesia (WALUBI) mengeluarkan Surat Edaran No
07/DPP-WALUBI/KU/93, tertanggal 11 Januari 1993 yang menyatakan bahwa
Imlek bukanlah merupakan hari raya agama Buddha, sehingga Vihara
Mahayana tidak boleh merayakan tahun baru Imlek dengan menggotong
Toapekong, dan acara Barongsai.
Pada tanggal 17 Januari 2000, Presiden Abdurrahman Wahid mengeluarkan
Keppres No.6/2000 tentang pencabutan Inpres N0.14/1967 tentang
pembatasan Agama, Kepercayaan dan Adat Istiadat Tionghoa. Dengan
dikeluarkannya Keppres tersebut, masyarakat Tionghoa diberikan kebebasan
untuk menganut agama, kepercayaan, dan adat istiadatnya termasuk
merayakan Upacara-upacara Agama seperti Imlek, Cap Go Meh dan sebagainya
secara terbuka.
Pada Imlek 2551 Kongzili di tahun 2000 Masehi, Majelis Tinggi Agama
Konghucu Indonesia (MATAKIN) mengambil inisiatif untuk merayakan Imlek
secara terbuka sebagai puncak Ritual Agama Khonghucu secara Nasional
dengan mengundang Presiden Abdurrahman Wahid untuk datang menghadirinya.
Pada tanggal 19 Januari 2001, Menteri Agama RI mengeluarkan Keputusan
No.13/2001 tentang penetapan Hari Raya Imlek sebagai Hari Libur
Nasional Fakultatif.
Pada saat menghadiri perayaan Imlek 2553 Kongzili, yang
diselenggarakan Matakin dibulan Februari 2002 Masehi, Presiden Megawati
Soekarnoputri mengumumkan mulai 2003, Imlek menjadi Hari Libur Nasional.
Pengumuman ini ditindak lanjuti dengan dikeluarnya Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2002 tentang Hari Tahun Baru Imlek
tertanggal 9 April.
SEJARAH PENANGGALAN IMLEK
Huang Di
Dragon Latern
Sistem kalender China mulai dikembangkan pada millenium ketiga sebelum
masehi, konon ditemukan oleh penguasa legendaris pertama, Huáng Dì, yang
memerintah antara tahun 2698 SM – 2599 SM. Dan dikembangkan lagi oleh
penguasa legendaris keempat, Kaisar Yáo. Siklus 60 tahun (gānzhī atau
liùshí jiǎzǐ) mulai digunakan pada millennium kedua sebelum masehi.
Kalender yang lebih lengkap ditetapkan pada tahun 841 SM pada zaman
Dinasti Zhōu dengan menambahkan penerapan bulan ganda dan bulan pertama
satu tahun dimulai dekat dengan titik balik matahari pada musim dingin.
Dinasti Qin
Kalender Sìfēn (empat triwulan), yang mulai diterapkan sekitar tahun 484
SM, adalah kalender China pertama yang memakai perhitungan lebih
akurat, menggunakan penanggalan matahari 365¼ hari, dengan siklus 19
tahun (235 bulan), yang dalam ilmu pengetahuan Barat dikenal sebagai
Peredaran Metonic. Titik balik matahari musim dingin adalah bulan
pertamanya dan bulan gandanya disisipi mengikuti bulan ke 12. Pada tahun
256 SM, kalender ini mulai digunakan oleh negara Qín, kemudian
diterapkan di seluruh negeri Cina setelah Qín mengambil alih keseluruhan
negeri Cina dan menjadi Dinasti Qín. Kelender ini tetap digunakan
sepanjang separuh pertama Dinasti Hàn Barat.
Dinasti Han
Kaisar Wǔ dari Dinasti Han Barat memperkenalkan reformasi kalender baru.
Kalender Tàichū (Permulaan Agung) pada tahun 104 SM mempunyai tahun
dengan titik balik matahari musim dingin pada bulan ke 12 dan menentukan
jumlah hari untuk penanggalan bulan (satu bulan 29 atau 30 hari) dan
bukan sesuai dengan prinsip terminologi matahari (yang secara
keseluruhan sama dengan tanda zodiak). Sebab gerakan matahari digunakan
untuk mengkalkulasi Jiéqì (ciri-ciri musim).
REALITAS MAKNA TAHUN BARU IMLEK
Terlepas apakah mitos itu benar atau tidak, yang pasti perayaan Imlek
merupakan perayaan yang dilakukan oleh para petani di Cina setelah
melewati musim dingin yang menusuk dan mensyukuri permulaan musim baru
penuh harapan yakni musim semi yang terjadi tiap tahunnya.
Perayaan ini dimulai pada tanggal 30 bulan ke-12 dan berakhir pada
tanggal 15 bulan pertama (Cap Go Meh). Acaranya meliputi sembahyang
Imlek, sembahyang kepada Thian, dan perayaan Cap Go Meh. Tujuan dari
persembahyangan ini adalah sebagai wujud syukur dan doa harapan agar di
tahun depan mendapat rezeki lebih banyak, untuk menjamu leluhur, dan
sebagai sarana silaturahmi dengan kerabat dan tetangga.
Yang pasti, hari raya Imlek merupakan momen pertemuan seluruh anggota
keluarga sekali dalam setahun. Anggota keluarga akan bersilahturahmi,
saling berbagi dan memberikan pengalaman selama setahun. Perayaan ini
menjadi sangat berarti tatkala setiap anggota keluarga dan tetangga
saling menjalin kasih, saling mengayomi, dan memulai lembaran baru
(dengan pakaian baru).
Kalimat Ucapan Selamat Tahun Baru Imlek
Ucapan Selamat Tahun Baru Imlek bahasa Indonesia
Gong Xi Fat Cai, Selamat Tahun Baru Imlek
Gong Xi fat Cai Saya dan keluarga mengucapkan Selamat Tahun Baru Imlek.
Gong Xi Fat Cai, Semoga selalu diberikan kesuksesan
Gong Xi Fat Cai, Semoga selalu diberikan kesehatan dan umur panjang
Gong Xi Fat Cai, Semoga tahun ini akan menjadi tahun yang lebih baik dari pada tahun kemarin
Gong Xi fat Cai Saya dan keluarga mengucapkan Selamat Tahun Baru Imlek.
Gong Xi Fat Cai, Semoga selalu diberikan kesuksesan
Gong Xi Fat Cai, Semoga selalu diberikan kesehatan dan umur panjang
Gong Xi Fat Cai, Semoga tahun ini akan menjadi tahun yang lebih baik dari pada tahun kemarin
Ucapan Selamat Tahun Baru Imlek bahasa Mandarin
'Xin-Nian-Kuai-Le' – Artinya adalah Selamat merayakan tahun baru
'Shen-Ti-Jian-Kang' – Artinya adalah Semoga selalu diberikan kesehatan
'Da-Ji-Da-Li' – Artinya adalah Semoga selalu mendapat keberkahan
'Bu-Bu-Gao-Sheng' – Artinya adalah Semoga hubungan pekerjaan semakin baik
'Sheng-Yi-Xing-Rong' – Artinya adalah Semoga pekerjaan menjadi semakin maju
'Wan-Shi-Ru-Yi' – Artinya adalah semoga apa yang diinginkan segera tercapai
'Gong-Xi-Fat-Cai' – Artinya adalah Semoga menjadi bahagia dan cepat menjadi kaya raya
'Shen-Ti-Jian-Kang' – Artinya adalah Semoga selalu diberikan kesehatan
'Da-Ji-Da-Li' – Artinya adalah Semoga selalu mendapat keberkahan
'Bu-Bu-Gao-Sheng' – Artinya adalah Semoga hubungan pekerjaan semakin baik
'Sheng-Yi-Xing-Rong' – Artinya adalah Semoga pekerjaan menjadi semakin maju
'Wan-Shi-Ru-Yi' – Artinya adalah semoga apa yang diinginkan segera tercapai
'Gong-Xi-Fat-Cai' – Artinya adalah Semoga menjadi bahagia dan cepat menjadi kaya raya
Ucapan Selamat Tahun Baru Imlek bahasa Inggris
Happy Chinese New Year !. I hope better luck come into us at this new year. Gong Xi Fat Cai 2564GONG XI FA CAI ! I wish this year is a wonderful and prosperous your to us.
Gong Xi Fat Cai !. I wisy this year is a prosperous year. I hope this year is a great health and happiness for you and family.
No comments: