Manusia
diciptakan dengan dianugerahi kelebihan dibanding makhluk lainnya, yaitu adanya
cipta, rasa dan karsa. Dari ketiga kelebihan tadi masing-masing bisa
dikembangkan ke dalam potensi-potensi. Potensi yang bersumber dari cipta, yaitu
potensi intelektual atau intelectual
quotient (IQ). Potensi dari rasa,
yakni potensi emosional atau emosional
quotinet (EQ) dan potensi
spiritual (SQ). Sedangkan potensi
yang bersumber dari karsa, adalah potensi ketahanmalangan atau adversity quotient (AQ) dan potensi vokasional quotient (VQ).
Pengertian
Teori Kecerdasan Emosi
Kecerdasan
emosional atau yang biasa dikenal dengan EQ (bahasa Inggris: emotional
quotient) adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola,
serta mengontrol emosi dirinya dan oranglain di sekitarnya. Dalam hal ini,
emosi mengacu pada perasaan terhadap informasi akan suatu hubungan. Sedangkan,
kecerdasan (intelijen) mengacu pada kapasitas untuk memberikan alasan
yang valid akan suatu hubungan. Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali
diri sendiri dan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan mengelola
emosi dengan baik pada diri sendiri dan hubungannya dengan orang lain
(Goleman,2001:512). Seseorang dengan kecerdasan emosional yang berkembang
dengan baik, kemungkinan besar akan berhasil dalam kehidupannya karena mampu
menguasai kebiasaan berfikir yang mendorong produktivitas (Widagdo, 2001).
Goleman (2001) membagi kecerdasan emosional yang dapat memperngaruhi
keberhasilan seseorang dalam bekerja ke dalam lima bagian utama yaitu kesadaran
diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan ketrampilan sosial.
Menurut Salovey dan Mayer, 1999 (handbook Emotional Intelligence training,
prime consulting, p.11) kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk merasakan
emosi, menerima dan membangun emosi dengan baik, memahami emosi dan pengetahuan
emosional sehingga dapat meningkatkan perkembangan emosi dan intelektual.
Salovey juga memberikan definisi dasar tentang kecerdasan emosi dalam lima
wilayah utama yaitu, kemampuan mengenali emosi diri, mengelola emosi diri,
memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang kain, dan kemampuan membina
hubungan dengan orang lain. Seorang ahli kecerdasan emosi, Goleman (2000, p.8)
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kecerdasan emosi di dalamnya termasuk
kemampuan mengontrol diri, memacu, tetap tekun, serta dapat memotivasi diri
sendiri. Kecakapan tersebut mencakup pengelolaan bentuk emosi baik yang positif
maupun negatif. Purba (1999, p.64) berpendapat bahwa kecerdasan emosi adalah
kemampuan di bidang emosi yaitu kesanggupan menghadapi frustasi, kemampuan
mengendalikan emosi, semamgat optimisme, dan kemampuan menjalin hubungan dengan
orang lain atau empati.
Berikut ini adalah beberapa pendapat
tentang kecerdasan emosional menurut para ahli (Mu’tadin, 2002), yaitu:
1) Salovey dan Mayer (1990)
Salovey dan
Mayer (1990) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan untuk
mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran,
memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam
sehingga dapat membantu perkembangan emosi dan intelektual.
2) Cooper dan Sawaf (1998)
Cooper dan
Sawaf (1998) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan merasakan,
memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber
energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi. Lebih lanjut
dijelaskan, bahwa kecerdasan emosi menuntut seseorang untuk belajar mengakui,
menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain serta menanggapinya dengan
tepat dan menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari.
3) Howes dan Herald (1999)
Howes dan
Herald (1999) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai komponen yang membuat
seseorang menjadi pintar menggunakan emosinya. Lebih lanjut dijelaskan, bahwa
emosi manusia berada di wilayah dari perasaan lubuk hati, naluri yang
tersembunyi dan sensasi emosi yang apabila diakui dan dihormati, kecerdasan
emosional akan menyediakan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih utuh tentang
diri sendiri dan orang lain.
4) Goleman (2003)
Goleman
(2003) mendefiniskan kecerdasan emosional sebagai kemampuan lebih yang dimiliki
seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan
emosi, dan menunda kepuasan serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan
emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat,
memilah kepuasan, dan mengatur suasana hati.
Goleman
(2003) menjelaskan bahwa kecerdasan emosional terbagi ke dalam lima wilayah
utama, yaitu kemampuan mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi
diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan kemampuan membina hubungan dengan
orang lain. Secara jelas hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a)
Kesadaran Diri (Self Awareness)
Self Awareness adalah kemampuan untuk
mengetahui apa yang dirasakan dalam dirinya dan menggunakannya untuk memandu
pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolok ukur yang realistis atas kemampuan
diri sendiri dan kepercayaan diri yang kuat.
b)
Pengaturan Diri (Self Management)
Self Management adalah kemampuan
seseorang dalam mengendalikan dan menangani emosinya sendiri sedemikian rupa
sehingga berdampak positif pada pelaksanaan tugas, memiliki kepekaan pada kata
hati, serta sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran dan
mampu pulih kembali dari tekanan emosi.
c)
Motivasi (Self Motivation)
Self Motivation merupakan hasrat yang
paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun diri menuju sasaran, membantu
pengambilan inisiatif serta bertindak sangat efektif, dan mampu untuk bertahan
dan bangkit dari kegagalan dan frustasi.
d)
Empati (Empathy/Social awareness)
Empathy merupakan kemampuan merasakan
apa yang dirasakakan orang lain, mampu memahami perspektif orang lain dan
menumbuhkan hubungan saling percaya, serta mampu menyelaraskan diri dengan
berbagai tipe hubungan.
e)
Ketrampilan Sosial (Relationship
Management)
Relationship Management adalah kemampuan
untuk menangani emosi dengan baik ketika berhubungan sosial dengan orang lain,
mampu membaca situasi dan jaringan sosial secara cermat, berinteraksi dengan
lancar, menggunakan ketrampilan ini untuk mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah,
menyelesaikan perselisihan, serta bekerja sama dalam tim.
5)
Menurut Prati, et al. (2003) kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk membaca
dan memahami orang lain, dan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan untuk
mempengaruhi orang lain melalui pengaturan dan penggunaan emosi. Jadi
kecerdasan emosi dapat diartikan tingkat kecemerlangan seseorang dalam
menggunakan perasaannya untuk merespon keadaan perasaan dari diri sendiri
maupun dalam menghadapi lingkungannya. Sementara itu menurut Bitsch (2008)
indikator yang termasuk dalam variabel kecerdasan emosional ada 7. Tujuh
indikator tersebut diukur dengan ”The
Yong emotional intelligence Inventory (EQI)”, yakni kuesioner self-report
yang mengukur 7 indikator tersebut adalah:
a) Intrapersonal
skills,
b) Interpesonal
skills,
c) Assertive,
d) Contentment
in life,
e) Reselience,
f) Self-esteem,
g) Self-actualization.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan
Emosi
a. Faktor Internal.
Faktor internal adalah apa yang ada dalam
diri individu yang mempengaruhi kecerdasan emosinya. Faktor internal ini
memiliki dua sumber yaitu segi jasmani dan segi psikologis. Segi jasmani adalah
faktor fisik dan kesehatan individu, apabila fisik dan kesehatan seseorang
dapat terganggu dapat dimungkinkan mempengaruhi proses kecerdasan emosinya.
Segi psikologis mencakup didalamnya pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir
dan motivasi.
b. Faktor
Eksternal.
Faktor
ekstemal adalah stimulus dan lingkungan dimana kecerdasan emosi berlangsung.
Faktor ekstemal meliputi: 1) Stimulus itu sendiri, kejenuhan stimulus merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam memperlakukan
kecerdasan emosi tanpa distorsi dan 2) Lingkungan atau situasi khususnya yang
melatarbelakangi proses kecerdasan emosi. Objek lingkungan yang melatarbelakangi merupakan kebulatan yang sangat
sulit dipisahkan.
Cara
Meningkatkan Kecerdasan Emosional
1. Membaca
situasi
Dengan
memperhatikan situasi sekitar, kita akan mengetahui apa yang harus dilakukan.
2. Mendengarkan
dan menyimak lawan bicara
Dengarkan dan
simak pembicaraan dan maksud dari lawan bicara, agar tidak terjadi salah paham
serta dapat menjaga hubungan baik.
3. Siap
berkomunikasi
Jika terjadi
suatu masalah, bicarakanlah agar tidak terjadi salah paham.
4 . Tak usah
takut ditolak
Setiap usaha
terdapat dua kemungkinan, diterima atau ditolak, jadi siapkan diri dan jangan
takut ditolak.
5. Mencoba
berempati
EQ tinggi
biasanya didapati pada orang-orang yang mampu berempati atau bisa mengerti
situasi yang
dihadapi orang lain.
6. Pandai
memilih prioritas
Ini perlu
agar bisa memilih pekerjaan apa yang mendesak, dan apa yang bisa
ditunda.
7. Siap
mental
Situasi apa
pun yang akan dihadapi, kita harus menyiapkan mental sebelumnya.
8.
Ungkapkan lewat kata-kata
Katakan
maksud dan keinginan dengan jelas dan baik, agar dapat salaing mengerti.
9.
Bersikap rasional
Kecerdasan
emosi berhubungan dengan perasaan, namun tetap berpikir rasional.
10. Fokus
Konsentrasikan
diri pada suatu masalah yang perlu mendapat perhatian. Jangan
memaksa diri
melakukannya dalam 4-5 masalah secara bersamaan.
Pengukuran Kompetensi Emosional
EI Kemampuan
biasanya diukur menggunakan tes kinerja maksimum dan memiliki hubungan yang
kuat dengan kecerdasan tradisional, sedangkan EI sifat biasanya diukur dengan
menggunakan kuesioner laporan diri dan memiliki hubungan yang kuat dengan
kepribadian.
Dua alat
pengukuran didasarkan pada model Goleman:
- Inventory Emotional Kompetensi (ECI), yang diciptakan pada tahun 1999, dan Inventarisasi Kompetensi Emosional dan Sosial (ESCI), yang diciptakan pada tahun 2007.
- The Appraisal Kecerdasan Emosional, yang diciptakan pada tahun 2001 dan yang dapat diambil sebagai laporan diri atau 360 derajat penilaian.
Sumber :
http://entrepreneurshiplearningcenter.blogspot.com/
http://teori-psikologi.blogspot.com/2008/05/kecerdasan-emosi.html
http://id.wikipedia.org/
No comments: