Ilmu Pengetahuan ilmiah selalu berada dalam keadaan perubahan. Penemuan
ilmiah yang baru akan meruntuhkan hipotesis sebelumnya. Sebuah contoh
yang baik dalam hal ini adalah upaya manusia untuk menjelaskan fenomena
cahaya. Sebelum bangkitnya ilmu pengetahuan, manusia mengandalkan
pengalaman religius dan filsafat untuk memahami tentang
cahaya dan kosmos. Alkitab menyatakan alam semesta dimulai ketika Tuhan
berkata, “Jadilah terang” Teks-teks agama kuno sepanjang sejarah telah
mengkaitkannya dengan cahaya kesadaran ilahi – kesadaran dari mana
segala sesuatu, termasuk semua kesadaran lain, berasal. Alkitab juga
menyatakan, “Tuhan adalah cahaya” Ilmu pengetahuan telah menemukan bahwa
cahaya itu terserap pada awal munculnya alam semesta. Para ilmuwan
baru-baru ini telah menemukan apa yang disebut “Partikel Tuhan”-
partikel yang memberi massa pada semua partikel. Partikel ini sangat
penting bagi ilmu fisika karena itu bisa dianggap sebagai “Pemahaman
akhir dari struktur semua material.”Persamaan terkenal dari Albert
Einstein E = mc 2 (di mana E adalah energi, m untuk massa dan c adalah
kecepatan cahaya) menggambarkan kekuatan yang luar biasa dari energi
yang menyatukan semua atom bersama-sama. Anehnya, Alkitab mendukung
persamaan Einstein ketika menyatakan bahwa “Tuhan adalah kekuatan tak
terlihat yang menyatukan segala sesuatu bersama-sama.” Pandangan
transenden dari kesadaran adalah dasar dari agama-agama besar dunia.
Jadi tidak mengherankan bahwa beberapa fisikawan kuantum dipengaruhi
oleh agama-agama. Erwin Schrodinger , misalnya, mempelajari Hindu,
Werner Heisenberg mengacu pada teori Plato dari Yunani kuno, Niels Bohr
tertarik pada Tao, Wolfgang Pauli kepada Kabbalah; dan Max Plank kerap
mengacu pada ajaran Kristen
1. Penggabungan Holistik Sains dan Spiritualitas
Penemuan ilmiah terhadap sifat cahaya adalah landasan utama dari fisika
modern dan hukum alam. Ini juga merupakan dasar dari penelitian
pengalaman mendekati kematian dan penelitian tentang kesadaran modern.
Selama berabad-abad, ilmu pengetahuan telah menghasilkan beberapa hasil
yang sangat tidak biasa, sifat yang hampir “Seperti Tuhan,” pada sifat
cahaya. Baru-baru ini ditemukan “Partikel Tuhan(God Particle)”- partikel
yang sulit dipahami yang memberikan massa untuk setiap partikel lainnya
– adalah salah satu penemuan terbesar dalam ilmu pengetahuan. Cahaya
meresap pada saat Big Bang. Cahaya adalah sesuatu yang tercepat di alam
semesta. Dibutuhkan jumlah tak terbatas energi untuk memindahkan sebuah
objek dengan kecepatan cahaya. Pada kecepatan cahaya, masa lalu, masa
kini, dan masa depan semua ada secara bersamaan. Jika seseorang bisa
bepergian dengan kecepatan cahaya, maka ia akan menjadi abadi. Ada juga
teori kuantum superposisi dimana materi bisa eksis di lebih dari satu
tempat pada saat yang sama – yang membuat fenomena anomali seperti NDE
dan OBEs menjadi sangat mungkin. Fisikawan yang telah melakukan
eksperimental menunjukkan bahwa dua partikel dapat dipisahkan, dan tidak
peduli dengan seberapa jauh mereka terpisah (bahkan miliar mil),
perubahan dalam satu partikel langsung menciptakan perubahan simultan
pada partikel lain seolah-olah mereka saling terhubung. Fenomena ini
disebut “belitan kuantum” yang Einstein sebut sebagai “Kejadian
menyeramkan dari kejauhan “dan fenomena sugestif dari realitas yang para
fisikawan belum mampu menjelaskan meskipun ada banyak teori. Cahaya
juga memiliki “kepribadian ganda” yang hadir baik sebagai partikel
maupun gelombang. Alasan kita bisa melihat adalah karena pengamatan kita
yang mengkonversi gelombang cahaya ini menjadi partikel cahaya sehingga
membuat ‘kesadaran’ manusia menjadi faktor penting dalam melihat sebuah
realitas.
Carl Jung (1875-1961) ahli psikolog Swiss dan juga pernah
megalami mati suri. Ia adalah orang pertama yang mendirikan psikologi
analitis, ia terkenal karena konsep psikologis termasuk arketipe, alam
bawah sadar, analisis mimpi kolektif, dan sinkronisitas. Minatnya dalam
filsafat dan metafisika membuat banyak orang melihatnya sebagai
mistikus. Setelah diskusi dengan Albert Einstein dan Wolfgang Pauli (dua
pendiri fisika kuantum) Jung percaya bahwa ada persamaan antara
sinkronisitas, relativitas waktu dan hubungannya dengan kesadaran.
Para ilmuwan menemukan bagaimana realitas objektif adalah tidak lebih
dari sebuah ilusi daripada realitas yang terlihat. Pada tingkat yang
lebih dalam, segala sesuatu – atom, sel, molekul, tanaman, hewan, dan
orang-orang terhubung dalam sebuah “jaringan informasi yang mengalir.”
Pada tingkat kuantum, “pengamat menjadi bagian dari yang diamati” dan
perbedaan antara pengamat dan objek menjadi menghilang. Ruang dan waktu
adalah konsep yang kita bawa bersama kita ke tingkat kuantum, tetapi
mereka tampaknya tidak ada di sana. Waktu mengalir baik maju maupun
mundur secara simetris menurut relativitas – konsep ini membuat
perjalanan waktu menjadi satu keniscayaan. Dan karena semua materi,
termasuk otak dan tubuh kita, sebagian besar terdiri dari ruang kosong,
dan karena struktur atom digerakkan oleh energi atom, kasus-kasus
metafisik dapat dijelaskan bahwa kita sebagian besar terdiri dari
sesuatu yang non-fisik “roh.” Pada tingkat kuantum, lokal menjadi
nonlokal dan semuanya dapat dianggap sebagai tidak berada di tempat
tertentu pada waktu tertentu. Apa yang kita “lihat” di luar sana lebih
berkaitan dengan kesadaran kita sendiri dan “pengalaman subyektif” dari
apa yang mungkin ada sebenarnya “di luar sana”. Mengingat temuan ini,
kita harus menyimpulkan bahwa pengertian kita terhadap realitas obyektif
adalah kesalahan. Fisikawan yang menemukan hukum-hukum fisika adalah
hukum-hukum pikiran kita sendiri.
Salah satu teori yang paling
menarik adalah “prinsip holografik” yang mendefinisikan alam semesta
sebagai sebuah, hologram raksasa di mana semuanya terhubung dengan
segala sesuatu yang lain termasuk pikiran kita. Secara Metafisik
dikatakan, otak memproses informasi kosmik dalam bentuk hologram atau
bisa kita sebut sebagai “Mata pikiran”. Prinsip holografis berasal dari
salah satu fisikawan teoritis yang paling signifikan dari abad ke-20,
David Bohm . Neurofisiolog bernama Karl Pribram secara simultan
menemukan model holografik dari pikiran dan otak pada saat yang sama
ketika David Bohm mengembangkan model holografik tentang alam semesta.
Anehnya, model-model holografik dapat menjadi dasar bagi semua
pengalaman mistis termasuk NDE. Model hologram merupakan bagian dari
paradigma baru yang muncul yang disebut “holisme” yang merupakan
kebalikan dari reduksionisme. Ini adalah paradigma di mana semua sistem
alamiah – fisika, biologi, kimia, sosial, ekonomi, dan lain-lain, harus
dipandang sebagai satu kesatuan dan bukan jumlah dari bagian-bagiannya.
Sebuah teori yang sesuai dengan kesadaran kuantum yang dikembangkan oleh
karya bersama dua fisikawan teoritis, Sir Roger Penrose , dan ahli
anestesi Stuart Hameroff . Seperti hal nya David Bohm dan Karl Pribram,
Penrose dan Hameroff mengembangkan teori mereka secara sinkron. Penrose
mendekati kesadaran dari sudut pandang matematika, sedangkan Hameroff
mendekati berdasarkan keahliannya dalam bidang anestesi yang memberinya
minat dalam memahami struktur otak. Kesadaran Quantum adalah teori
kesadaran yang mendasari dan menghubungkan semua orang dan segala
sesuatu dan didasarkan pada kenyataan bahwa medan kuantum dapat
diartikan sebagai berjarak tidak terbatas.
Carl Jung menyebut
hubungan antara semua kehidupan sebagai “ketidaksadaran kolektif “yang
juga dikenal sebagai” bawah sadar kolektif. ” Jung berteori bagaimana
sinkronisitas melayani peran yang mirip dengan mimpi, dengan tujuan
menggeser pemikiran sadar egosentris seseorang untuk keutuhan yang lebih
besar. Jung terpaku oleh gagasan kehidupan bukan sebagai serangkaian
kejadian acak melainkan sebuah ekspresi dari suatu tatanan yang lebih
dalam, yang ia dan Wolfgang Pauli disebut sebagai “satu dunia “- sebuah
istilah yang mengacu pada konsep realitas terpadu yang mendasari alam
semesta dari mana segala sesuatu muncul dan kembali. Jung percaya
prinsip “satu dunia” yang mendasari yang dapat mengekspresikan dirinya
melalui sinkronisitas dan merupakan dasar untuk mistisisme kuantum .
Teori kuantum seperti interpretasi banyak-dunia mekanika kuantum dan
banyak teori-pikiran sesuai yang mendukung paradigma baru ini. Teori
kuantum juga mendukung teori keabadian kuantum yang secara teoritis
membuat keabadian non-fisik atau “jiwa” menjadi mungkin. Jika seseorang
memandang kesadaran sebagai fundamental, non-fisik, bagian dari alam
semesta, menjadi mungkin untuk membayangkan bahwa kita terus ada setelah
kematian dalam alam semesta paralel kesadaran. Ini adalah paradigma
kuantum holografik dan menganggap fenomena anomali seperti NDE berada
dalam wilayah satu kemungkinan
Sama mengejutkan adalah bagaimana
pengalaman “pertemuan dengan cahaya” di dunia lain saat NDE ternyata
sesuai dengan paradigma baru yang ditemukan dalam prinsip-prinsip fisika
kuantum. Mekanika klasik yang melibatkan mengamati, berteori, dan
memprediksi tidak bekerja dengan baik ketika masuk ke dalam pemahaman
tentang cahaya, kesadaran, dan pengalaman subyektif – terutama ketika
menyangkut NDE. Paradigma lama memungkinkan kaum materialis dan skeptis
untuk menganggap NDE sebagai hanya disebabkan oleh anomali otak –
meskipun penyebab NDE tidak relevan apakah merupakan pengalaman akhirat
yang nyata atau tidak. Namun demikian, baru-baru ini studi NDE telah
mengesampingkan anomali otak . anomali otak adalah efek samping dari
pengalaman mendekati kematian dan bukan penyebab dari pengalaman
tersebut. Bahkan jika kita menganggap NDE menjadi hanya sebuah reaksi
kimia di otak, tidak ada dari setiap deskripsi pengalaman manusia yang
bisa begitu saja direduksi menjadi sekedar proses biologis, tapi ini
sama sekali tidak mengimbangi arti pengalaman ini bagi mereka yang
memiliki pengalaman tersebut – apakah itu jatuh cinta, atau berduka,
atau memiliki bayi, atau mendekati kematian dan memiliki pengalaman
transendental
Teori fisika kuantum mendukung gagasan alam semesta
kita sebagai sebuah semesta sadar di mana semua kesadaran lainnya adalah
fraktal dari Satu Kesadaran tersebut. Banyak ilmuwan tidak lagi percaya
pada alam semesta yang terjadi secara acak yang berasal beberapa jenis
debu primal. Penerima hadiah Nobel bidang biologi molekuler Christian de
Duve menggambarkan alam semesta sebagai memiliki struktur kosmik
penting untuk mengembangkan kehidupan sadar. Struktur molekul yang
menyusun makhluk hidup sangat mendikte evolusi kehidupan sadar.
Astrofisikawan Fred Hoyle setuju bagaimana hukum-hukum dasar alam
semesta mengatur pembentukan planet, matahari dan galaksi yang
menyiratkan kehidupan sadar akan hasil akhir dari hukum-hukum universal.
Ahli biologi evolusi Rupert Sheldrake bahkan melangkah lebih jauh,
menggambarkan bagaimana “bentuk morphic” – pola energi yang pertama kali
muncul di alam semesta – muncul dalam kehidupan. Jika teori-teori yang
menarik ini adalah benar, maka ada kemungkinan untuk menerapkannya pada
dimensi lain dari realitas yang terdiri dari partikel subatom dasar
lainnya. Fenomena anomali seperti NDE kemudian menjadi seperti “fantasi”
dan lebih sebagai persepsi makhluk sadar di realitas lain yang dapat
diprediksi oleh ilmu pengetahuan modern. NDE mungkin hanyalah aplikasi
klinis dari percobaan fisikawan yang telah ditemukan di laboratorium
Misalnya, seorang astrofisikawan Eropa dengan nama Metod Saniga
menggunakan penelitian NDE untuk mengembangkan model matematika dari
waktu yang tampaknya menawarkan solusi untuk masalah yang mengganggu
sejak Einstein. Secara singkat, Dr Saniga mendokumentasi secara serius
kesaksian para nders ketika mereka menggambarkan pengalaman di alam di
mana “waktu berhenti” dan di mana beberapa dari mereka “melihat masa
lalu, sekarang, dan masa depan secara bersamaan.” Dr Saniga
menggambarkan wilayah ini sebagai “Kehadiran/moment Murni.” Dr Saniga
menggunakan pengalaman-pengalaman anomali ini untuk menjelaskan model
matematika tunggal yang dapat menjelaskan baik secara konvensional dan
luar biasa cara manusia mengalami waktu
Pelopor dari paradigma baru
ilmu pengetahuan, Albert Einstein, mungkin masih memiliki paradigma lama
dalam pikirannya ketika ia berkata, “Semua pengetahuan tentang realitas
dimulai dari pengalaman dan berakhir di dalamnya.” Paradigma lama
menyangkal berbagai macam pengalaman subyektif berlaku seperti NDE,
OBEs, dan pengalaman mistik. Kelemahan paradigma lama mulai muncul
ketika, pada tahun 1982, sebuah tim peneliti dipimpin oleh fisikawan
Alain Aspect melakukan suatu eksperimen yang mungkin berubah menjadi
salah satu eksperimen yang paling penting dari abad ke-20. Mereka
menemukan partikel subatomik mampu untuk tetap terkoneksi satu sama lain
terlepas dari jarak yang memisahkan mereka – bahkan jika jarak itu
miliaran mil. Temuan Aspect sepertinya melanggar teori yang lama
dipegang yaitu ketidakmungkinan melakukan perjalanan lebih cepat dari
cahaya. Ini adalah temuan sugestif dari tingkat realitas yang lebih
dalam di mana segala sesuatu di alam semesta ini ternyata saling
berhubungan secara tak terbatas. Temuan Aspect dipengaruhi oleh salah
satu fisikawan teoritis yang paling signifikan dari abad ke-20, David
Bohm , untuk mengembangkan teori matematika yang mendalam di mana semua
keterpisahan yang tampak di alam semesta menjadi sebuah ilusi. Teori
Bohm, yang dikenal sebagai Prinsip Holographic , menggambarkan alam
semesta sebagai hologram raksasa yang sangat detail.
Sebuah contoh
dari hologram muncul pada film “Star Wars” ketika gambar hologram ilusi
dari Putri Lea diproyeksikan oleh robot R2D2. Gagasan realitas sebagai
ilusi ada pada masyarakat adat kuno yang percaya eksistensi adalah mimpi
atau ilusi. Perkembangan modern dalam ilmu pengetahuan telah
menyebabkan fisikawan teoretis untuk melihat realitas dengan cara yang
sama – sebuah realitas yang terdiri dari matriks, grid, virtual reality,
simulasi dan hologram.
Sebuah alam semesta holografik yang
menjelaskan supersimetri ditemukan di alam semesta dan menunjukkan
bagaimana, pada tingkat kuantum, segala sesuatu – atom, sel, molekul,
tanaman, hewan, dan orang-orang berada dalam sebuah jaringan informasi
yang mengalir dan terhubung. Misalnya, elektron dalam atom karbon dalam
otak manusia terhubung dengan partikel subatomik pada setiap otak
manusia lainnya – bahkan dengan setiap bintang di langit. Alam semesta
akhirnya dapat dipandang sebagai satu jaringan yang saling terhubung.
Dalam alam semesta holografik, waktu dan ruang menjadi ilusi. Masa lalu,
masa kini, dan masa depan semua ada secara bersamaan, ini menunjukkan
kemungkinan bahwa ilmu pengetahuan suatu hari nanti dapat mencapai ke
tingkat holografik dari realitas dan memutar kembali adegan-adegan dari
masa lalu yang sudah lama terlupakan – sebuah fenomena yang telah
didokumentasikan dalam penelitian NDE tentang peninjauan kehidupan.
Aspek lain dari alam semesta holografik adalah bukti matematis bahwa
“setiap bagian dari hologram mengandung semua informasi yang dimiliki
oleh keseluruhan.” Jika kita mencoba menguraikan sesuatu yang tersusun
secara holografik, kita tidak akan mendapatkan potongan informasi, kita
hanya akan mendapatkan keutuhan yang lebih kecil. “Keseluruhan dalam
setiap bagian” dari sifat alam semesta holografik dapat menjadi dasar
untuk pengalaman mistik seperti NDE. Hal ini juga sesuai dengan
pandangan mistisisme Timur bahwa semua kesadaran yang ada sebagai bagian
dari Yang Satu dan Menyeluruh di semua kesadaran. Paradigma holografik
ini mendukung prinsip-prinsip matematika yang ditemukan dalam geometri
fraktal dan konsep metafisik jiwa fraktal non-fisik yang ada di alam
semesta fraktal. Alam semesta holografik secara teoritis dapat dipandang
sebagai Matrix yang membawa ke dalam keberadaan segala sesuatu di alam
semesta kita: semua materi dan energi – dari atom, sistem tata surya,
galaksi untuk, dll. Matrix seperti ini bisa dilihat sebagai semacam
gudang kosmik dari “Segalanya”atau konsep metafisik dari” medan Akashic .
” Seperti Matrix dari “semua informasi” juga bisa menjadi dasar bagi
ulasan kehidupan saat NDE. David Bohm percaya bahwa tingkat holografik
dari realitas mungkin hanya “sekadar satu tingkatan” yang di luarnya
terletak ” pengembangan lebih lanjut yang tak terbatas.” Menurut
fisikawan Fred Alan Wolf , NDE dapat dijelaskan menggunakan model
holografik mana kematian hanyalah sebuah pergeseran kesadaran seseorang
dari satu dimensi hologram ke dimensi yang lain. Craig Hogan, fisikawan
Fermilab, bahkan meneliti lebih dalam tentang alam semesta holografik
ketika ia menemukan bukti alam semesta holografik dalam data detektor
gelombang gravitasi.
Oleh : Kevin Williams