Langkah
menyusun landasan teori juga merupakan tahapan penelitian yang penting untuk
membangun atau merumuskan suatu hipotesis. Landasan teori yang dipilih haruslah
sesuai dengan ruang lingkup permasalahan. Landasan teoritis ini akan menjadi
suatu asumsi dasar peneliti dan sangat berguna pada saat menentukan suatu
hipotesis penelitian. Hipotesis
merupakan elemen penting dalam penelitian
kuantitatif.
Terdapat tiga alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya: Pertama, Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti. Misalnya, sebab dan akibat dari konflik dapat dijelaskan melalui teori mengenai konflik. Kedua, Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar atau difalsifikasi. Ketiga, hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan karena membuat ilmuwan dapat keluar dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya.
Terdapat tiga alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya: Pertama, Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti. Misalnya, sebab dan akibat dari konflik dapat dijelaskan melalui teori mengenai konflik. Kedua, Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar atau difalsifikasi. Ketiga, hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan karena membuat ilmuwan dapat keluar dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya.
Secara
prosedural hipotesis penelitian diajukan setelah peneliti melakukan kajian
pustaka, karena hipotesis penelitian adalah rangkuman dari
kesimpulan-kesimpulan teoritis yang diperoleh dari kajian pustaka. Hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis
dianggap paling tinggi dan paling mungkin tingkat kebenarannya.
Untuk
lebih memahami mengenai hipotesis berikut saya uraikan ringkasan dari beberapa
sumber dan literature mengenai hipotesis.
Definisi
Hipotesis
Hipotesis
berasal dari bahasa Yunani: hypo= di bawah;thesis = pendirian, pendapat yang
ditegakkan, kepastian. Artinya, hipotesa merupakan sebuah istilah ilmiah yang
digunakan dalam rangka kegiatan ilmiah yang mengikuti kaidah-kaidah berfikir
biasa, secara sadar, teliti, dan terarah. Dalam penggunaannya sehari-hari
hipotesa ini sering juga disebut dengan hipotesis, tidak ada perbedaan makna di
dalamnya.
Hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana
rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.
Definisi hipotesis yang dikutip
dari sumber dan literature
1. Hipotesis
atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat
praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya (Wikipedia)
2. Sutrisno
Hadi, Menjelaskan bahwa Hipo berasal dari bahasa Yunani yang berarti di bawah,
kurang, lemah. Thesa dalam bahasa Yunani mempunyai arti teori, proporsi yang
diajukan sebagai bukti. Jadi hipotesis adalah pernyataan yang masih lemah
kebenarannya. (Sutrisno Hasi, 1976, Hal. 24).
3. Winarno
Surachmad, mengemukakan secara Etimologi, Hipotesis adalah sesuatu yang masih
kurang dari Hypo, sebuah kesimpulan adalah pendapat (thesa). Dengan kata lain
bahwa, hipotesa adalah sebuah kesimpulan pendapat tetap itu belkum final, masih
harus dibuktikan kebenarannya. “Hipotesa adalah suatu jawaban dugaan, anggapan
besar kemungkinan untuk menjadi jawaban yang benar” (Winarno Surachmad, 1983,
hal. 38).
4. Sedangkan
ahli lain mengatakan bahwa, “Hipotesa tidak lain dari jawaban sementara
terhadap masalah penelitia yang kebenaraanya harus diuji secara empiris”. (Moh.
Nasir, Ph.D, 1983, hal.18).
5. Menurut
Erwan Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti (2007:137), hipotesis adalah
pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap suatu masalah
penelitian yang kebenarannya masih lemah (belum tentu kebenarannya) sehingga
harus diuji secara empiris.
6. Menurut
Mundilarso (tanpa tahun dan halaman) mengatakan bahwa hipotesis adalah
pernyataan yang masih lemah tingkat kebenarannya sehingga masih harus diuji
menggunakan teknik tertentu. Hipotesis dirumuskan berdasarakan teori, dugaan,
pengalaman pribadi/orang lain, kesan umum, kesimpulan yang masih sangat
sementara. Hipotesis adalah pernyataan keadaan populasi yang akan diuji
kebenarannya menggunakan data/informasi yang dikumpulkan melalui sampel.
7. Menurut
Kerlinger (1973) mengatakan hipotesis adalah pernyataan yang bersifat terkaan
dari hubungan antara dua atau lebih variabel.
8. Menurut
Gay, Mills, Airasian (2009:71), “a
hypothesis is a researcher’s prediction of the research findings, statement of
the research expectations about the relation among the variables in the research
topic”. John W Creswell (2008) memberikan definisi, “hypothesis are statements in quantitative research in which the
investigator makes a prediction or a conjecture about the outcome of a
relationship among attributes or characteristics”.
9. Menurut
Bruce W. Tuckman (1972:75), “could be
defines as an expectation about the
based on generalization of the assumed relationship between variables”.
Best, John W, Kahn, James V (2003:11) memberikan definisi “The research or scientific hypothesis is a formal affirmative
statement predicting a single research outcome, a tentative explanation or the relationship between two or more
variables”.
10. Menurut
Nanang Martono (2010:57), hipotesis dapat didefinisikan sebagai jawaban
sementara yang kebenarannya harus diuji atau rangkuman kesimpulan secara
teoritis yang diperoleh melalui tinjauan pustaka.
11. James
E Greighton dalam Nanang Martono (2010:57), hipotesis merupakan sebuah dukungan
tentative atau sementara yang memprediksi situasi yang akan diamati.
12. Lungberg
dalam Nanang Martono (2010:57), mendefinisikan hipotesis sebagai sebuah
generalisasi yang bersifat tentative, sebuah generalisasi tentative yang valid
yang masih arus diuji.
13. Menurut
Goode dan Han dalam Nanang Martono (2010:58), hipotesis adalah sebuah proposisi
yang harus dimasukan untuk menguji dan menentukan validitas, sebuah hipotesis
menyatakan apa yang akan dicari.
14. Nachmias
dalam A Muri Yusuf (2005: 163), menyatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban
tentative terhadap masalah-masalah penelitian. Jawaban itu dinyatakan dalam
hubungan dalam bentuk variabel bebas dan terikat.
15. Fraenkel
dan Wallen dalam A Muri yusuf (2005: 163), menyatakan hipotesis adalah :”a tentative, reasonable, testable
assertion regarding the occurrence of certain behaviors, phenomena, or event: a
prediction of study outcome”.
16. Menurut
Kerlinger hipotesis adalah pernyataan kira-kira atau dugaan sementara mengenai
hubungan antara dua variabel atau lebih.
17. Menurut
A Muri Yusuf (2005: 163), hipotesis adalah kesimpulan sementara yang belum
final; suatu jawaban sementara; suatu dugaan sementara; yang merupakan konstruk
peneliti terhadap masalah penelitian, yang menyatakan hubungan antara dua
variabel atau lebih. Kebenaran dugaan tersebut harus dibuktikan melalui
penyelidikan ilmiah.
Fungsi Hipotesis
Kegunaan hipotesis secara garis
besar yang dijelaskan pada Wikipedia sebagai berikut:
1. Memberikan
batasan dan memperkecil jangkauan penelitian dan kerja penelitian.
2. Mensiagakan
peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antar fakta, yang kadangkala hilang
begitu saja dari perhatian peneliti.
3. Sebagai
alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai-berai tanpa
koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting dan menyeluruh.
4. Sebagai
panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan antar fakta.
Oleh karena itu, kualitas
manfaat dari hipotesis tersebut akan sangat tergantung pada:
1.
Pengamatan yang tajam dari si peneliti terhadap fakta-fakta yang ada.
2.
Imajinasi dan pemikiran kreatif dari si peneliti.
3.
Kerangka analisa yang digunakan oleh si peneliti.
4.
Metode dan desain penelitian yang dipilih oleh peneliti.
Ada
beberapa pendapat tentang fungsi hipotesis berdasarkan ahli. Menurut George J Mouley dalam Nanang Martono
(2010:60), fungsinya antara lain:
1. Hipotesis
memberikan arahan dalam penelitian yang berguna untuk mencegah kajian literature
dan pengumpulan data yang tidak relevan.
2. Hipotesis
menambah kepekaan peneliti mengenai aspek-aspek tertentu dari situasi yang
tidak relevan dari sudut pandang masalah yang dihadapi.
3. Hipotesis
memungkinkan peneliti untuk memahami masalah yang diteliti dengan lebih jelas
4. Hipotesis
digunakan sebagai sebuah kerangka untuk meyakinkan peneliti.
Menurut
Donald (1982:121) antara lain:
1. Hipotesis
memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta memudahkan
perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.
2. Hipotesis
memberikan suatu pernyataan hubungan yang langsung dapat diuji dalam penelitian
3. Hipotesis
memberikan arah kepada penelitian,secara sederhana hipotesis menunjukkan kepada
peneliti apa yang harus dilakukannya berkaitan dengan fakta, sampel, dan
analisis penelitian yang akan digunakan
4. Hipotesis
memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penyelidikan.
Karakteristik Hipotesis
Ciri-ciri
hipotesis yang baik menurut Donald (1982:124) antara lain:
1. Hipotesis
harus memiliki daya penjelas, yaitu hipotesis dikatakan baik jika didukung
dengan penjelasan yang baik tentang masalah yang akan diteliti. Contoh: ketika
spidol anda tidak bisa lagi digunakan untuk menulis anda memberikan hipotesis
bahwa kursi anda patah. Penjelasan ini tidak tepat dan tidak menunjang
hipotesis. Hipotesis yang menjelasan bahwa tinta spidol anda habis adalah benar
dan perlu diuji.
2. Hipotesis
menjelaskan hubungan antar variabel-variabel. Maksudnya adalah meskipun ada
pernyataan sebagai jawaban sementara akan tetapi tidak menunjukkan hubungan
antar variabel maka hipotesis itu tidak dapat diuji. Contoh: “mesin mobil ini
tidak akan hidup dan mesin ini memiliki jaringan kabel-kabel” pernyataan ini
tidak menunjukkan hubungan antar variabel yang dapat diuji, namun jika
pernyataan berbunyi “akan terdapat
hubungan positif antara motivasi belajar dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan
Alam” maka hipotesis ini memenuhi syarat. Yaitu memiliki hubungan antar
variabel yang dapat diuji
3. Hipotesis
harus dapat diuji, hipotesis yang baik harus dapat diuji. Peneliti dapat
menarik kesimpulan dan perkiraan sedemikian rupa dari hipotesis yang dirumuskan.
Contohnya “kerusakan mobil itu diakibatkan oleh dosa-dosa saya” merupakan
hipotesis yang tidak dapat diuji didunia ini. Artinya adalah jika variabel
tidak dapat diukur maka peneliti tidak mungkin dapat menguji validitas
hipotesis tersebut atau tidak dapat menguji hipotesis.
4. Hipotesis
hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada, artinya tidak
bertentangan dengan hipotesis, teori, dan hukum- hukum yang telah ada
sebelumnya dan telah diakui validitasnya, contoh: “mesin mobil saya mati karena
air akinya berubah menjadi emas” merupakan hipotesis yang tidak sesuai dengan
apa yang telah diketahui orang tentang sifat-sifat benda, yaitu air aki yang
berubah menjadi emas bertentangan dengan sifat benda. Sehingga hipotesis
hendaknya dibuat sesuai dengan pengetahuan yang sudah mapan dibidang itu.
5. Hipotesis
hendaknya dibuat sesederhana dan seringkas mungkin, tujuannya adalah agar mudah
diuji dan memudahkan dalam penyusuan laporan.
Jenis Hipotesis
Penetapan
hipotesis tentu didasarkan pada luas dan dalamnya serta mempertimbangkan sifat
dari masalah penelitian. Oleh karena itu, hipotesispun bermacam-macam, ada yang
didekati dengan cara pandang: sifat, analisis, dan tingkat kesenjangan yang
mungkin muncul pada saat penetapan hipotesis.
Jenis-jenis
hipotesis berdasarkan hubungan antar variabel dalam Nanang Martono (2010:63),
yaitu:
1. Hipotesis
deskriptif
Hipotesis
deskriptif merupakan hipotesis yang menggambarkan sebuah kelompok atau variabel tanpa
menghubungkan dengan variabel lain. Hipotesis deskriptif juga mampu memberikan
gambaran atau deksripsi tentang sampel penelitian. Contoh 70% peduduk di
pedesaan bekerja sebagai petani.
2. Hipotesis
asosiasitf
Hipotesis
asosiatif merupakan jenis hipotesis yang menjelaskan hubungan antar variabel.
Hipotesis ini dalam sebuah penelitian selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan
yang menjelaskan hubungan antar dua variabel atau lebih. Contoh jenis kelamin
mempengaruhi prestasi belajar.
Neuman
dalam Nanang Martono (2010:63), menjelaskan karakteristik hipotesis asosiatif
yang baik antara lain:
a. Mempunyai
minimal dua variabel yang dihubungkan
b. Menunjukan
hubungan sebab akibat atau pengaruh mempengaruhi di anatara dua variabel atau
lebih
c. Menunjukan
perkiraan atau prediksi mengenai hasil yang diharapkan
d. Menghubungkan
secara logis antara masalah penelitian dengan teori
e. Dapat
diuji kembali dalam fakt-fakta empiris dan menunjukan kebenaran atau kesalahan.
3. Hipotesis
komparatif
Hipotesis
komparatif merupakan hipotesis yang menyatakan perbandungan antara sampel atau
variabel yang satu dengan variabel lain. Contoh terdapat perbedaan prestasi
belajar anatara siswa laki-laki dan perempuan.
Selain
hipotesis tersebut, ada jenis hipotesis yang dibedakan berdasaran keberadaan
hubungan antar variabel:
1. H1
(Baca: H satu)
Yaitu
hipotesis yang menyatakan keberadaan hubungan di antara dua variable yang
sedang dioperasionalkan. Menurut Suharsimi Arikunto (2009:47), hipotesis
alternaitf adalah yang menyatakan adanya hubungan antar variabel. Contoh
terdapat hubungan yang signifikan antara kepercayaa diri dengan prestasi
belajar.
2. H0
(Baca: H Nol)
Yaitu
hipotesis yang menyatakan ketiadaan hubungan di antara dua variabel yang sedang
dioperasionalkan. Pengertian tersebut sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto
(2009:47), hipotesis nol menyatakan ketidak adanya hubungan antara variabel.
Dalam notasi, hipotesis ini dituliskan dengan Ho. Contoh tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara konsep diri dan motivasi berprestasi.
Berdasarkan
ruang lingkup besar kecilnya variabel, hipotesis dapat dibagi menjadi hipotesis
mayor dan minor.
1. Hipotesis
Mayor adalah hipotesis mengenai kaitan seluruh variabel dan seluruh subjek
penelitian. Contohnya banyaknya makan berpengaruh pada tingkat kekenyangan
2. Hipotesis
minor adalah hipotesis mengenai kaitan sebagian dari variabel atau dengan kata
lain pecahan dari hipotesis mayor. Contohnya:
a) Banyaknya makan nasi berpengaruh terhadap
tingkat kekenyangan
b) Banyaknya makan kue berpengaruh pada
tingkat kekenyangan.
Berdasarkan
cara proses hipotesis itu diperoleh, hipotesis dibagi menjadi dua yakni:
1. Hipotesis
Induktif menurut Gay, Mills, Airasian (2009:73), yakni “the researcher’s
observer that certain patterns or association among variables occur in a number
of situation and uses these tentative observation to form and inductive
hypothesis”. Dalam prosedur induktif, peneliti merumuskan hipotesis sebagai
suatu generalisasi dari hubungan-hubungan yang yang diamati. Peneliti melakukan
pengamatan terhadap tingkah laku, memperhatikan kecendrungan-kecenderungan atau
kemungkinan adanya hubungan-hubungan, dan kemudian merumuskan penjelasan
sementara tentang tingkah laku yang diamati itu (Donald, 1982:124).
2. Hipotesis
Deduktif menurut Gay, Mills, Airasian (2009:73) “derived from theory and
provides evidence that supports, expand, or contradict the theory”. Hipotesis
ini memiliki kelebihan dapat mengarah pada sistem pengetahuan yang lebih umum,
karena kerangka untuk menempatkan secara berarti ke dalam bangunan pengetahuan
yang telah ada dalam teori itu tersendiri. Hipotesis yang berasal dari teori
dinamakan hipotesis deduktif (Donald, 1982:125).
Secara
sederhana hipotesis jenis hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. HIPOTESIS
KERJA / ALTERNATIF (Ha)
-
ada hubungan antara 2 variabel
-
ada perbedaan antara 2 variabel
Rumusan
Hipotesis kerja (Ha):
a.
Jika ………. maka …….
b.
Ada perbedaan antara …………. dan ………..
c.
Ada pengaruh ………. terhadap ……..
2. HIPOTESIS
NOL (Ho) / HIPOTESIS STATISTIK:
-
dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik
-
tidak ada perbedaan antara 2 variabel
-
tidak adanya pengaruh variabel X terhadap var. Y
Rumusan
Ho:
a.
Tidak ada perbedaan antara …… dengan ……..
b.
Tidak ada pengaruh …………terhadap …………..
3. MACAM-MACAM
KEKELIRUAN KETIKA MEMBUAT KESIMPULAN TENTANG HIPOTESIS
a. GALAT
JENIS I (TYPE I ERROR)
= α Hipotesis (Ho)
benar ------------- Hipotesis ditolak * Rumusan hipotesis benar, hasil analisis
data tidak terbukti ------ Ho ditolak
b. GALAT
JENIS II (TYPE II ERROR)
= β Hipotesis (Ho) salah -------------- Ho
diterima *Rumusan hipotesis salah, hasil analisis data terbukti ------ Ho
diterima
Tahapan Menentukan Hipotesis Secara
Umum
1. Penentuan
masalah. Dasar penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah yang biasanya
timbul karena sesuatu keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak atau tidak
dapat diterangkan berdasarkan hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang sudah
diketahui. Dasar penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar dengan
perumusan yang tepat. Dalam proses penalaran ilmiah tersebut, penentuan masalah
mendapat bentuk perumusan masalah.
2. Hipotesis
pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis). Dugaan atau
anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak dari semua kegiatan. Ini
digunakan juga dalam penalaran ilmiah. Tanpa hipotesa preliminer, observasi
tidak akan terarah. Fakta yang terkumpul mungkin tidak akan dapat digunakan
untuk menyimpulkan suatu konklusi, karena tidak relevan dengan masalah yang
dihadapi. Karena tidak dirumuskan secara eksplisit, dalam penelitian, hipotesis
priliminer dianggap bukan hipotesis keseluruhan penelitian, namun merupakan
sebuah hipotesis yang hanya digunakan untuk melakukan uji coba sebelum
penelitian sebenarnya dilaksanakan.
3. Pengumpulan
fakta. Dalam penalaran ilmiah, diantara jumlah fakta yang besarnya tak terbatas
itu hanya dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa preliminer yang
perumusannya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan memilih fakta.
4. Formulasi
hipotes. Pembentukan hipotesa dapat melalui ilham atau intuisi, dimana logika
tidak dapat berkata apa-apa tentang hal ini. Hipotesa diciptakan saat terdapat
hubungan tertentu diantara sejumlah fakta. Sebagai contoh sebuah anekdot yang
jelas menggambarkan sifat penemuan dari hipotesa, diceritakan bahwa sebuah apel
jatuh dari pohon ketika Newton tidur di bawahnya dan teringat olehnya bahwa semua
benda pasti jatuh dan seketika itu pula dilihat hipotesanya, yang dikenal
dengan hukum gravitasi.
5. Pengujian
hipotesa, artinya mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang dapat diobservasi
dalam istilah ilmiah hal ini disebut verifikasi(pembenaran). Apabila hipotesa
terbukti cocok dengan fakta maka disebut konfirmasi. Terjadi
falsifikasi(penyalahan) jika usaha menemukan fakta dalam pengujian hipotesa
tidak sesuai dengan hipotesa, dan bilamana usaha itu tidak berhasil, maka
hipotesa tidak terbantah oleh fakta yang dinamakan koroborasi(corroboration).
Hipotesa yang sering mendapat konfirmasi atau koroborasi dapat disebut teori.
6. Aplikasi/penerapan.
apabila hipotesa itu benar dan dapat diadakan menjadi ramalan (dalam istilah
ilmiah disebut prediksi), dan ramalan itu harus terbukti cocok dengan fakta.
Kemudian harus dapat diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.
Menguji Hipotesis
Hipotesis
berfungsi untuk memberi suatu penyataan terkaan tentang hubungan tentative
antara fenomena-fenomena dalam penelitian. Kemudian hubungan tersebut diuji
validitas dan reliabilitasnya menurut teknik-teknik yang sesuai untuk keperluan
pengujian.
Untuk
menguji hipotesis diperlukan :
1. Data
atau fakta dan kerangka pengujian hipotesis harus ditetapkan dahulu sebelum si
peneliti mengumpulkan data
2. Pengetahuan
yang luas tentang kerangka teori, penguasaan penggunaan teori secara logis,
statistik dan teknik-teknik pengujian. Cara pengujian hipotesis tergantung pada
metode desain penelitian yang digunakan.
Demikian
sedikit ulasan mengenai hipotesis semoga dapat membantu.
Refrensi
Sutrisno Hadi, 1975, Metodologi Research
Jilid I, Yayasan Penerbit : Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada,
Yogyakarat
M. Nashir , Ph.D, 1983, Metodologi
Penelitian, Jakarta Gallia Indonesia.
A.
Muri Yusuf. 2005. Metodologi Penelitian. Padang. UNP Press.
Creswell, John W. 2008. Educational Research: Planning,
conducting, and evaluating quantitative and qualitative research third edition.
New Jersey: Pearson Education Inc.
Donald, Ary, dkk ( Penterjemah Arief
Furchan). 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya. Usaha
Nasional.
Jogiyato HM. 2008. Metodologi Penelitian
Sistem Informasi. Jogja. Andi.
John W. Best dan James V. Kahn. 2003.
Research in Education. New Jersey. Pearson Education Inc.
L.R, Gay, Milla E, and Airasian, Peter
W. 2009. Educational Research: Competencies for analysis and applications. New
Jersey. Pearson Education Inc.
Lufri, 2007. Kiat Memahami Metodologi
dan Melakukan Penelitian. Padang. UNP Press.
Nanang Martono. 2010. Metode Penelitian
Kuantitatif: Analisa isi dan Analisis data sekunder. Jakarta. Raja Grafindo
Persada.
Suharsimi Arikunto. 2009. Manajemen
Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta.
Tuckman, Bruce W. 1972. Conducting
Educational Research. New York. Harcourt Brace Jovanovich, Inc.
http://ekosujadi-bintan.blogspot.com
http://mujahidinimeis.wordpress.com
http://diditnote.blogspot.com
http://vekey.blogspot.com
No comments: